Puisi ini di tulis oleh seseorang dengan nama dunia mayanya Pena Omega. Puisi ini di kutip dari blog grup puisi dan kata bijak.
PUISI KEDAI KOPI
Sebuah kota mati; sepi tak berpenghuniMenyihir yang tampak, menjadi kefanaan sebentuk gerak
Lebih hening dari sunyi mengenang jarak
Usah ragu, kekasih. Ini bukanlah suatu penghujung
Usah kau jatuhkan atma seraya irama hujan
Menampung samar rekata dari kenangan
Lafalkan saja kepada angin, kendatipun paling gaduh
Tentang sketsa sketsa jiwa nan bertemu birĘŚhinya sendiri
Bayangkan sepasang angsa menari
Dari mimpi yang telah kita lahirkan
Paruh basuh dengan kepakan sayap saling merengkuh
Di tepi kanan dan kiri pepohonan berdahan sama batang
Mencintaimu sebenarnya lebih aneh dari itu
Lalu, ketika hujan mulai membasahi kalbu
engkaupun bertanya kepadaku
; “di mana kita akan berteduh?”
Di sini di sebuah kedai kopi
Mari sejenak, beri jeda pada jejak
Kita lalui setiap adukannya yang nikmat
Guna merampungkan segala penat
Nan belum jua kita pahat
Pena Omega
Jakarta, 28 September 2015
Demikianlah Puisi kedai kopi, yang oleh pujangga kopi, di tata dengan apik kata demi kata hingga pesan yang sampaikan di dalamnya mengandung makna yang mungkin hanya penulisnya yang tahu persis. baca juga puisi tentang kopi yang lain yang ada di blog Melulu kopi, terima kasih sudah berkunjung.
Sumber.