Skip to main content
Puisi kopi pendulum penyendiri. Bagi para penikmat kopi, secangkir kopi yang menemani dapat menjadi sebuah inpirasi dan memotivasi untuk menulis berbagai macam tema puisi, dan berbagai hal tentang karya tulis. sebagaimana diketahui minum kopi yang mengandung kafein, bagi mereka para pencinta kopi dapat membangkitkan semangat mereka, itulah mengapa sering kali kita melihat, ketika mereka bersantai atau pun beristrahat secangkir kopi wajib ada menemani mereka.

Begitu istimewanya kopi dalam hidup mereka sehingga secangkir kopi  dapat membangkitkan semangat, seperti pada puisi kopi yang di upadate di kesempatan ini, puisi bebas yang didalam bait bait, terselip kata kata tentang kopi, ini artinya penulisnya adalah penkmat dan pencinta kopi. ada dua puisi yang di bagikan di kesempatan ini, dan masing masing judulnya antara lain:

  1. Puisi kopi
  2. Puisi pendulum penyendiri
Dua puisi ini di tulis oleh seorang bernama Satria Panji Elfalah, tema kedua puisi tersebut di gabungkan untuk di jadikan judul halaman sehingga menjadi puisi kopi pendulum penyendiri, bagaimana cerita dan makna kopi dalam kedua bait bait puisi tersebut, untuk lebih jelasnya silahakn disimak saja berikut ini.

KOPI
Karya: Satria Panji Elfalah


Fajar belum meninggi
Selendang putih bergelung
Aroma pembunuh lelah
Rasa peluruh lara

Legam, pekat nan kental
Takkan cukup berlembar-lembar kanvas
Untuk melukis hikayatmu
Yang melegenda dari kaum jelaga hingga permata

Berangkat dari tanah antah berantah
Tangan-tangan kisut menjamahmu dengan penuh harap
Akan terciptanya semburat senyuman dan sepercik kebahagiaan
Bagi orang-orang beruntung yang bisa mengecupmu

Beranak pinak di dasar gelas
Pertanda surga dunia mengetuk di daun pintu
Khatam satu sesapan mesra
Lahir dua sesapan, hingga seterusnya

Segelas surga dunia
Menyatukan getir dan madunya dunia
Hingga datang kawan sejawat senasib seperjuangan
Bertele-tele cakapnya, berjam-jam nongkrongnya

Kopi
Kawan, nikmat mana lagi yang kau dustakan?
Secangkir, segelas atau bahkan setermos kopi
Mampu bungkam rintihan kehidupan yang menghunus hati

Kopi
Kawan, nikmat mana lagi yang kau dustakan?
Arabica atau robusta, pahit atau manis
Mampu tepis segala ragu yang meradang

Pejamkan matamu
Nikmati aroma, rasa dan karakteristiknya
Biar legamnya menyetubuhi dahagamu
Hingga lahirlah, surga dunia dalam tiap sesapan penuh kenikmatan


PENDULUM PENYENDIRI
Karya: Satria Panji Elfalah


Tertawa dalam gelap, berbisik dalam cahaya
Kisah pendulum penyendiri di antara nyala korek
Bungkam jermal-jermal di lautan hati
Bisikkan rintih lirih dalam kisah berjuta liku

Seribu satu detik bergulir
Tetes demi tetes kopi perlahan menggenang
Linting demi linting tembʌkau ludes
Namun tetap berkontribusi dalam sunyi

Alunan dawai gitar menjerang bulir demi bulir sajak
Kupeluk bayang-bayang tanpa raga dan jiwa
Menyusun balung dalam kerangka imaji
Untuk kemudian dibalut dengan helai-helai cahaya rembulan

Senyuman lirih tersungging
Bahagia masih bernapas
Getir dalam kesendirian
Bermuram durja pada sisa malam yang masih panjang

Tak beranjak
Enggan beranjak
Meminang kesendirian
Mengʌwini kesunyian

Tak bergeming
Enggan bergeming
Selamat tinggal cahaya
Biarkan aku bersemedi dalam gelap



Demikianlah kedua puisi dengan tema puisi kopi pendulum penyendiri, baca juga puisi yang menceritakan tentang kopi atau artikel kopi yang ada dihalaman lain blog melulu kopi, semoga kedua puisi diatas dapat bermanfaat menemani anda samabil menikmatai secangkir kopi.

You Might Also Like: