Skip to main content

Kumpulan puisi kritik sosial, Setelah berbagai macam puisi kopi diterbitkan blog melulu kopi, untuk kali ini puisi bertema sosial masyarakat atau puisi kritikan pemerintah mewarnai halaman blog spesial kata kata kopi dalam contoh puisi kritik sosial

Sebagaimana pengertian puisi kritik sosial adalah tanggapan yang sifatnya menunjukkan kekurangan supaya ditanggapi dan diperbaiki.

Kritik yang baik adalah yang berupa tanggapan dan memberikan solusi kepada yang dikritik. Dan sosial adalah hubungan yang berkaitan dengan kehidupan dalam bermasyarakat tentang hal ini lah yang diulas contoh puisi kritik sosial yang diterbitkan untuk kali ini.

Kumpulan Contoh Puisi Kritik Sosial Masyarakat dan Kritikan Pemerintah

Puisi kritikan sosial yang diupdate ini ada lima judul puisi, dan tak meninggalkan ciri khas blog dengan kata kata kopi, semua puisi contoh puisi kritik sosial ini dalam bait bait puisinya terdapat kata kop.

Dan adapun masing masing judul dalam kumpulan puisi kritik sosial masyarakat dan kritikan pemerintah antara lain:

  1. Puisi lelaki dan kopi
  2. Puisi surat buat kawan
  3. Puisi bukan rindu
  4. Puisi ketika semesta bicara
  5. Puisi kantuk

Lima koleksi puisi kritik sosial atau puisi bertema sosial masyarakat, untuk pembaca yang menyukai puisi kritikan yang juga bisa jadi referensi contoh puisi kritik sosial.

Bagaimana puisi dan makna kata kata kritikan dalam bait puisi sosial ini untuk lebih jelasnya silakan disimak saja puisi kritik berikut ini.

LELAKI DAN KOPIOleh: Fredi FA

lelaki itu membaca dengan seksama
tentang eja coretannya
kadang tersenyum, namun acapkali matanya melotot pertanda emosinya meninggi

lalu pada diamnya, ia meraih korek api di meja itu
kemudian kertas yang di genggamnya menjadi api, kemudian hangus dan berkepul-kepul
menjadi serbuk hitam
yang ia tuangkan kedalam segelas kopi panas

lalu ia sruput dengan nikmatnya
oh ternyata memang nikmat
gumamnya sedikit berkeringat
sesekali ia pun menghisap dalam-dalam sebatang rok0k yang sedari tadi dijepit jari-jari

kemudian ia mulai berorasi pada sepenggal akal di kepala
diksi yang kupunya sudah kuseduh dan kuminum juwita
dan mulai kini, kutakkan merayu dan memohon cintamu hanya untukku

terserah!
biarkan kunikmati pada rasa
kan kubiarkan ia bicara
menyentuhmu pada palung paling hatimu
suatu ketika
pada suatu ketika
kau benar-benar jatuh cinta

kemudian lelaki itupun meraih gitar di sampingnya
kali ini ia seperti bernyanyi walau tanpa syair
hanya gumam instrumentalia yang mengalir
ia begitu menikmati malam yang dingin dengan segelas kopi
ia coba berdamai dengan getir

lelaki dan kopi
berdendang sendiri

SURAT BUAT KAWANOleh: Fredi FA

Setelah pergimu
Entah sudah berapa rindu kulipat dalam sajakku
Entah sudah berapa pelacʋr lagi yang kutawar agar menggadaikan cintanya
Lalu kubawa pulang di riuh permainan d0mino antara kita

Di dalam kontrakan istana tiga kali tiga
Lalu kau bilang "Banting saja kʌrtumu, sudah kutebak gambar itu!".
Padahal sudah kututup rapat di antara garis telapak tanganku waktu itu
Dan itu buatku tersipu-rayu

Kemudian bersama kopi dan sebatang rok0k menunggu gaji, kami pun diskusi
Kawan, besok kita makan mie instan saja!
Tak usah gundah tak perlu gulana
Tawa kita memecah suasana
Diantara sesak-sesak dada

Tak ingatkah kau semua itu ?!
Akhir tulusanku tertuju padamu
Besok kukirim kelangit agar merekapun mendengar saat-saat kita menjerit

Kawan aku yang masih mengenangmu
Hilang ditikam remang-remang

BUKAN RINDUOleh: Fredi FA

segelas kopimu saja tujuh puluh lima ribu
sedang kopi hitamku cuma seribu
masih saja kau baitkan cinta setinggitingginya di langit sana
sedang aku dan hujan akrab dalam gigilnya

sedinner yang sejam itu berjutajuta harganya
sedang aku dalam gelak tawa yang tiada habisnya menahan perih nongkrong dengan kawanan pelʌcur mencoba menghibur pada lembar ratusan yang tak rapi berbau keringat lelahnya hari
masih saja kau dendangkan sayang tepat di hadap beribu wajah yang keriputnya jelas kentara
apakah kau mencoba merayu terik di sana
atau menyutʋbuhi rindu yang jelas sudah tak sudi kau pinang tuk kesekian kali
di atas empuk ranjʌngmu
sudahlah, pergi saja
kutahu bukan rindu yang di dadamu
sebab kulihat dari balik cantikmu ada tatap liar yang kutangkap di sepasang mata
atau apakah kau memang iblis bᥱtina
dan detak yang di dadamu hanyalah detak nʌfsu yang keseribu padaku

turun dari mobil alphard hitam yang klimis
hak tinggi dan gaun romantis
membawa bunga dan syair puitis
itu bukan rindu
jawabku sedikit apatis
politik yang demokratis
tapi persis gosip selebritis

ini bukan rindu
sebelum kau telanjang di mataku

KETIKA SEMESTA BICARAOleh: Fredi FA

Engkau begitu misteri bagiku, diantara seruput kopi hitamku yang tenggelam bersama semilir dingin.
Lalu saat kuajak bicara pun, sepoi basah ini mencerca berjuta tanya, pada diri, pada hati.
Tentang warna cinta yang sedari pagi hingga petang kita bawa pulang lalu bersemayam di tengah malam.
Kemudian dendang mimpiku menghantar pejam yang kian peram.

Namun tetap saja, engkau terdiam, pada bahasa yang tak seperti manusia.
Engkau tak pernah mengeluh, sepertiku.
Engkau tak ingin meminta, selayak daku.
Hanya pasrahmu saja yang kulihat di sana, seikhlas sapa mentari dalam binarnya atau selayak pelangi berupa warna, atau
berjejer pohon tumbang di pangkuan gunung yang tak terhitung kemudian menggundul

Lalu ketika terbesit tanya, apakah dikau tak pernah marah?
Kau pun membisik di sela kalbuku
Tahukah kau kekasihku, tatkala amarah di dada ini harus tumpah, bergenang-genang airmata takkan mampu menahan kidung yang kan kunyayikan, antara aku, manusia dan Tuhan kita.
Lirihmu jelas kentara.

KANTUKOleh: Fredi FA

ah, tak seperti biasa
pagi-pagi buta berat kurasa
padahal ada segelas kopi
padahal kunyalakan channel tv

lalu kulihat lakonnya bersedih divonis dua tahun lagi
ada keganjilan, ada kejanggalan
hatiku mulai beropini
pada airmata
pada seduka-duka

sedang himalaya yang katanya gagah perkasa
hanya seperti lukisan dinding terpaku
kulihat parasnya yang bersalju pucat sejenak dalam tekanan yang membuatnya pasrah
ditempelkan di dinding itu
dipaku-paku

lalu ketika kutanya baju rindu
pada sederet baju toga milik pak hakim pun hanya berlalu, pergi meninggalkanku tanpa sapa yang seperti kemarin sempat bilang aku sayang kamu, dan sekarang kubaru tahu cintamu palsu, rindumu semu

lalu setarik nafas yang sempat sesak seketika berubah kantuk yang membuat mataku sayu.
apakah ini pertanda, aku yang telah bosan denganmu, aku yang mulai jemu dengan cara bicara politikus itu, ....

pagi ini dengan segelas kopi, terasa berat sekali, sebab lakon yang selama ini kujunjung tinggi dibui, dua tahun lagi, biar nanti siang hari kujenguk kuantarkan amanat paling hati, sabar dalam menjalani.

Demikianlah Kumpulan Puisi Kritik Sosial Masyarakat dan Kritikan Pemerintah baca juga puisi-puisi kopi yang lain di blog ini, semoga puisi kritik diatas dapat menghibur dan bermanfaat, sambil menikmati segelas kopi.

You Might Also Like: