Dan berbicara tentang pusi, puisi kali ini bertema puisi pagi atau puisi tentang pagi yang tentaunya dalam baitbaitnya kata kata kopi tak ketinggalan, memberikan warna pada kebisuan pagi yang diirasakan penulis puisi pagi dalam kebisuan. Bagaimana isi puisi dari puisi pagai dalam kebiduan tersebut, untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja puisinya dalam format puisi naratif berikut ini.
PAGI DALAM KEBISUAN
Oleh: Dam Hanihi Loh's
Matahari mulai sepenggal dada. Menyinari bumi. Dan embun mulai gelisah. Mengemasi semua barang yang ia gelar bersama fajar beberapa menit lalu.Pagi diam, tak bergeming. Padahal rindunya masih melekat di tangkai daun. Ia tak bisa berbuat apa-apa di kala matahari datang. Hanya sebingkis doa di awal pagi menyertai langkahnya. Ada getar menghunjam dada. Prihal rindu yang tertuang dalam kebisuan.
Angin tak mampu menyeka air matanya. Kopi yang biasa diteguk, kini Hilang giarah. Hanya kekalutan menyelinap masuk di antara jejak embun yang mulai hilang di tikungan depan, pergi.
Ingin rasanya pagi berteriak lantang. Menyuarakan isi hatinya yang kelu. Namun sinar matahari membungkam mulutnya.
Pagi sesunggukan, menekuri lambaian embun. Melipat muka, memeluk lutut. "Kapan kebisuan ini berakhir?" Keluhnya dalam diam.
Sedang matahari semakin meningi, sinarnya semakin memompa luka. Ada cerita yang ingin disampaikan pagi pada embun. Tentang doa yang ia sematkan tadi malam bersama fajar. Tentang doa terkumpulnya dua hati. Tentang dzikir sepasang kasih.
Ah, sebelum pagi berkisah, matahari sudah menampak. Menyapu embun di tangkai daun-daun. Mengusirnya pergi. Mengajak pagi bersujud. Menuangkan keluh-kesah pada-Nya. Mengharap ridho dari-Nya.
Demikianlah tentang puisi pagi dalam kebisuan, baca juga puisi-puisi yang lain yang menceritakan tentang keindaha kata kopi di rangkai dengan kata kata puisi diblog ini, semoga puisi naratif diatas yang menceritakan tentang pagi dapat menghibur dan bermanfaat, terima kasih sudah menyimak sajian puisi dari blog melulu kopi.