Skip to main content
Lelaki dan secangkir kopi. Bagi lelaki penggemar kopi, kopi sudah menjadi bahagian dalam hidupnya, sehari tanpa kopi tentu serasa ada yang kurang, memang begitulah lelaki penggemar kopi lebih suka berkawan dengan secangkir kopi pagi siang dan malam.


Nah berkaitan dengan lelaki dan kopi, artikel kopi atau kata kata kopi yang disajikan untuk kali ini adalah cerita kopi atau cerpen kopi dengan judul lelaki dan secangkir kopi, cerpen ini ditulis oleh seorang bernama Riris Numus Riestyanti, bagaimana cerita kopi pada cerpennya yuk kita simak saja di berikut ini.

Lelaki Dan Secangkir Kopi

Namanya Andi, orang biasa memanggil Ii tetapi aku lebih suka menyebutnya Lelaki Perih atau Lelaki Secangkir Kopi dan ceritaku ini (masih) tentangnya.

Senja telah lama berlalu. Malam yang terlalu iri pada keindahan senja telah memaksa senja pulang bersama surya, bersembunyi di bilik langit-Nya. Dan aku menikmati kedatangan malam dengan bercangkir-cangkir kopi yang harus dihidangkan di meja pelanggan.

Saat tengah sibuk dengan adukan di cangkir kesekian, Lelaki Perih itu tiba. Kali ini dia tidak sendiri, tetapi bersama mantan kekasihnya. Kalian pasti bertanya, mengapa bisa tahu? Kemarin, aku sempat bertanya pada Husin, seorang pelanggan, ya, meski lebih tepatnya bila disebut pelanggan ngutang karena hobinya berhutang. Dialah yang menunjukkan padaku tentang mantan kekasih Lelaki Perih itu. Gadis ayu dari tanah Jawa yang membuat aku gelisah.

Kalian tahu, hati ini terasa perih melihat mereka malam ini. Di samping mantan kekasihnya wajah Lelaki Perih itu berseri-seri tanpa manipulasi. Biasanya senyum saja sudah seumpama gula biang yang penuh kepalsuan dan hanya memberi penyakit. Ya, bila paham makna senyumannya dulu, siapapun ikut merasakan sakit bak didera penyakit.

Ada yang tak biasa, dia memesan hal yang berbeda, dua gelas susu coklat hangat, aneh bukan? Biasanya kopi pahit jadi minuman wajib. Apakah ini karena selera sang mantan dan dia tengah mencoba membuat selera mereka seimbang? Ah, kebohongan. Batinku. Tapi, bukankah demi seseorang yang kita cintai perihal berpura-pura suka dan menikmati jadi lebih mudah? Atau mungkin lidah pun rasa telah menjadi berbeda karena siapa yang ada saat menikmatinya? Ah, entahlah, aku tidak paham benar tentang cinta.

Seharusnya Lelaki Perih itu tidak usah memaksakan sebuah kesamaan. Toh, siapapun tahu, perbedaan bisa menciptakan kenikmatan baru bila mereka bertemu, seumpama kopi dan susu yang menjadi kopi susu menciptakan cita rasa baru.

Setelah menyajikan pesanan mereka, aku kembali ke meja, mengaduk pesanan pelanggan lain dengan adukan yang super berisik, seperti hatiku yang tengah panik. Sendok dan cangkir seperti tengah bertengkar. Sebenarnya kuharap mereka yang bertengkar. Batinku berkelakar.

Aku meninggikan nada temu antara cangkir dan sendok, berharap mereka menengok. Namun, Lelaki Perih itu dan mantan kekasihnya yang jelita tiada menoleh juga. Aku ini siapa? Aku hampir melupa, hanya serupa sendok yang menyatukan air dan susu di cangkir yang bahasakan saja sebagai takdir.

Kulihat, Hengky, pelanggan yang sering berlangganan curhat dan telah lama kujadikan adik angkat menoleh heran. Dia sampai menghentikan aktifitas membaca dan memandang aku yang mengaduk bak kesetanan. Mungkin hanya dia yang paham hatiku tengah terbakar.

Kulirik, Lelaki Perih itu tengah asyik berbisik ke telinga mantan kekasihnya dan tak lama pecah tawa di antara mereka. Itu tawa pertama yang kudengar dari mulut Lelaki Perih itu dan entah mengapa hati terasa ngilu, mengapa pemberi tawa itu bukan aku? Inikah cemburu?


Nah demikianlah cerpen lelaki dan secangkir kopi yang di tulis oleh Riris Numus Riestyanti, semoga cerpen kopi diatas dapat menghibur bagi para pencinta kopi, atau pembaca yang menyukai kata kata kopi.

You Might Also Like: